It’s like a book.

The world is like a book. And those who do not travel, only read one page. ….
But for me, Indonesia (itself) is like a very interesting book, consist of a lot of beautiful chapters. So how about the world? The world is like a gigantic library. Could you imagine if you are a book addicted and find this? You will be so curious…want to read all of those books.
#Mupeng itu pasti.
Bisa sih disiasati dengan membaca. Kan dibilang tuh, membaca itu membuka jendela dunia. Emang iya. Tapi seperti juga membaca buku, kalau tahunya tentang tempat lain itu didapat dari membaca, itu seperti ada orang yang sudah membaca sebuah buku, trus orang itu menceritakan isinya pada kita. Bayanganku sih, pasti ada banyak hal yang tidak diceritakan. Bukan…bukan karena orang itu tidak mau bercerita, tapi ada sebuah cara pandang yang berbeda. Buat orang yang bercerita, mungkin sebuah paragraf sangat menarik dan merasa harus diceritakan, tapi buat pendengarnya mungkin itu biasa saja. Dan kebalikannya, sesuatu yang dianggap biasa saja oleh si pembaca sehingga dia merasa tidak perlu diceritakan, tapi sebenarnya hal itu sangat ingin diketahui si penikmat cerita. Atau bisa juga keterbatasan waktu atau kemampuan bercerita setiap orang yang berbeda sehingga…apapun itu alasannya, ada banyak hal yang tidak diceritakan oleh si pembaca buku. Sering banget nih aku, cuman gara-gara temen cerita tentang sebuah buku, padahal dia udah cerita lho bukunya itu bagaimana isinya, bahkan beberapa detail dengan dialognya…eh, ujung-ujungnya memutuskan untuk membeli buku tersebut, padahal kan udah dikasih tahu, isinya seperti apa. Tanya, kenapa? Karena aku penasaran, ingin ikut mengalami sendiri nikmatnya membaca, menelusuri kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf…sampai tamat. …
Nah…ini juga yang melanda kalau aku baca catatan perjalanan banyak orang yang beredar di internet. Puas? He,he…jawabnya sih pasti enggak. Apalagi untuk model a bit dreamer macam aku, yang kalau baca sesuatu, imajinasinya langsung melayang-layang, jauh…jauh…jauuuuuuuuuuuuuuh. Dan para travel blogger ini punya racun yang sangat kuat, siap meracuni setiap saat. Dan tanpa kita sadar, kita sudah teracun tanpa adanya penawar. Opsss…air kelapa muda tidak mempan lagi.
Dulu…jaman masih sekulah, kalo pengen pergi-pergi, yang diributkan cuma satu. D-U-I-T. Minggu ini gak ada duit, minggu depan gak ada duit, bulan depan gak ada duit. Lha wong bisa bayar kuliah dan diijinkan ikut ujian saja sudah bersyukur banget. #Sttt, kenangan nomor ujian tidak ada saat ujian semester gara-gara belum bayar semesteran. Btw, thanks ya temen-temen kuliahku dulu, yang sering ngasih gratisan kalo ngajak dolan. Kalian (Heru, Katin, Ana, lilik, mika…dan semua lainnya) baek banget seh.. Nah…sekarang sudah bisa bagayo. Sudah bekerja, punya duit sendiri (dulu mah ngemis mas ortu), beraso sedikit kayo, jadi pasti lebih gampang ngeluyurnya. Oeitsssssss….kata siapa? Sekarang yang diributkan apa lagi kalo gak…C-U-T-I terbatas euy! Mana sempaaaaaaaaaaaaaat…keburu telat. Eh, itu iklan ya?
Nah…cuti setahun cuma 18 hari. Gak bisa diambil semua langsung kecuali kau pemilik perusahaan. Paling banter seminggu…atau boleh dua minggu kalau untuk keperluan pulang kampung luar pulau yang perjalanannya lebih dari 2 hari (bukan ngesot ya ampe 2 hari perjalanan, maksudnya naek kapal laut misalnya). Nah, bayangkan kalau aku mau explore Sumatra yang segitu panjangnya (di peta Indonesia). Kalau cuma duduk diatas bis, dari Aceh sampe Merak sih iya…bisa lebih tuh cuti seminggu. Tapi kan gak bisa dibilang itu explore Sumatra. Belum lagi kalau mau explore kalimantan yang gendut banget (di peta Indonesia). Hadew, sebulan juga kurang kayaknya. ….
Jadi, orang-orang memprihatinkan macam kami ini selalu berhitung njlimet kalau mau mempraktekkan ilmu keluyorologi. Apalagi penyebabnya kalau bukan terbatasnya waktu libur. Jadi kami ini bukannya sok kaya kalau pergi-pergi itu naek pesawat. Sama sekali bukan. Itu hanya untuk menghemat waktu perjalanan (yang hematnya bisa sampai 2-3 hari kalau ke flores). Tidak jarang kami ini, pulang mbolang dari manapun, sampai di homebase (Surabaya) jam 4 pagi atau bahkan 5 pagi hari Senin. Trus jam 7-nya dah harus siap kerja. “Kapan tidurnya?” tanya seorang temen. He,he…tidurnya ya di jalan, bagaimana kita memanfaatkan tiap momen istirahat dengan sebaik-baiknya tidak peduli itu di pesawat, kereta, bus atau kendaraan apa pun.
Dengan segala daya dan upaya yang cetar membahana (Alay!), mulai dari puasa senin-kamis dengan dua niat (ibadah dan ngirit), mau lembur hari libur (lumayan dapat ganti libur), berburu tiket promo meski dari setahun sebelumnya (untung bukan dari abad sebelumnya), memanfaatkan pertemanan (peace pren!), akhirnya kami bisa ‘menjejakkan kaki’ di sebuah tempat baru, belajar budaya baru, bahasa baru, menikmati setiap ‘kata’… ‘kalimat’… ‘paragraf’….

Jauhlah aku ini untuk bisa dikatakan membaca seluruh bab. Apalagi menamatkan sebuah buku. Tapi semoga Tuhan mengijinkanku untuk menamatkan satu buku menarik, yang berjudul Indonesia. Memberiku kesempatan juga untuk membaca satu ‘bab buku’ lain bersub judulĀ  ‘Mekah’. Amin. Meski gak akan pernah menolak juga kalau disodori buku ‘Spanyol’, ‘Nepal’, ‘Maroco’, ‘Amerika’. He,he…
#Keplaksirahe