Hi Again

Aku tidak tahu, mengapa aku berhenti menulis disini. Aku gagal mengingat apa yang menyebabkan itu. Tapi setelah ku runtut-runtut, itu sejak aku sibuk dengan project kecil di Papua. Yang ternyata itu menyita semua perhatian, fisik dan emosiku. Iyaaaaaa…. aku seperti menemukan mainan baru, terlalu fokus kesitu dan menepikan catatan-catatan kecil, cerita perjalananku di sini.

Aaaaaaaaah
Padahal banyak sekali cerita. Ada tawa, ada airmata juga. Antara waktu itu dan waktu kini, ketika tidak sengaja, seorang teman menemukan blog ini, dan mengirimkannya ke aku. Iyaaaaaaaaaa. Berasa tiba-tiba dilempar dengan benda kenangan yang menyenangkan, yang selama ini aku tak merasa kehilangan, tapi ketika itu kembali, ternyata menyenangkan.

Jadi dari mana aku mau mulai cerita?
Ada begitu banyak hal yang memberi warna. Yang semuanya ingin kubagikan. Entah untuk berbagi keasyikan saat itu atau sekedar mengurai kenangan.

Aku ke Papua.
Iya. Aku sudah pernah sedikit bercerita kan?
Dan seperti aku bilang, itu menyita semuanya. Sejak mengurus project kecil itu, aku tidak lagi ingin menjelajah dunia. AKu hanya ingin melangkahkan kaki, menjelajahi Papua dengan segala keunikannya.
Aku meninggalkan berenang, yang dulu nyaris seminggu dua kali ku lakukan. Sejak Papua, baju renang itu tersimpan rapi di lemari. Kacamata renang bahkan tidak tahu ada dimana?
Kemaren, hari minggu, aku dan seorang teman pergi nginap di sebuah hotel dengan privat pool di kamar. Pertama kali setelah sekian lama aku masuk dan berenang di kolam renang. BUkan di sungai. Bukan di pantai. Hasilnya? Sa engap sodaraaaaaaaaaaaaaa. Berasa berat buat ngangkat kepala mencuri nafas di gaya dada. Ampuuuuuuuuuuuun.

Sampai di Oktober 2018, aku putuskan berhenti dari sebuah project kecil di Papua itu. Berhenti bergabung dalam komunitas kecil yang menurutku menjadi tidak sehat lagi. Dan dengan pertimbangan matang, dengan hati yang berat, aku berbalik langkah.
Patah hatiku karena bayangan aku tak akan pernah ketemu mereka di Papua lagi. Tak akan bisa membantu anak-anak itu lagi. Tidak akan melihat senyum bahagia mereka yang tulus dan sederhana.

AKu lari.
Aku belajar memasak dengan serius.
Aku belajar menyulam dengan serius
Aku belajar merajut dengan serius.
Dan aku mulai mengembangkan hobby menjadi sesuatu yang menghasilkan. Dengan begitu, aku bisa membantu anak-anak yang membutuhkan di Papua.

Iya kan?
Pada akhirnya, hatiku merindukan kepingannya yang tertinggal disana. Selalu meliuk ke Timur, mencoba menemukan belahannya yang terjatuh di Papua.

TIdak banyak yang kuberi.
Tidak besar yang aku upayakan.
Tapi insyaallah…selalu memberikan arti untuk adik-adik disana.

Terimakasih Tuhan
Begitu baiknya Engkau, sehingga tak KAU ijinkan aku mendendam. Tak KAU ijinkan aku membenci. Tak KAU ijinkan aku patah hati.
Semua pembelajaran dimasa itu, membentukku menjadi sekarang ini.

Aaaaaaah
Bolehkan esok kita jumpa kembali?
Untuk menuliskan cerita yang lain lagi

Leave a comment